DEMAM BERDARAH DONGUE DI KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

 

Nyamuk Demam Berdarah
Foto Nyamuk Demam Berdarah 

Media Info Bima - Kota Bima. Tingginya angka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, yang menjadi tantangan serius bagi kesehatan masyarakat. DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pemerintah Kota Bima telah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap kasus Demam Bedarah Dengue (DBD). Peningkatan kasus sejak awal tahun 2023 terhitung 01 Januari hingga 10 Febuari mencapai 172 kasus, 4 diantaranya meninggal, sedangkan 19 orang lainnya dirawat intensif. Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima, H. Ahmad, S.Sos, menyatakan, penetapan KLB DBD berdasarkan trend kasus yang meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya, jika dilihat trend kasus per 10 Febuari tahun 2021, terjadi 57 kasus dengan satu meninggal, sedangkan pada tahun 2022 di bulan dan tanggal yang sama, terjadi 93 kasus dengan 1 meninggal. Sedangkan per 10 Febuari tahun 2023 kasusnya meningkat tajam mencapai 172 kasus dengan 4 meninggal.


Sebagian besar penderita DBD di Kota Bima adalah perempuan dan anak-anak, terutama yang berusia 5-9 tahun. Data menunjukkan bahwa kelompok usia ini lebih rentan terhadap infeksi DBD, kemungkinan karena mereka lebih sering berada di lingkungan rumah yang kurang terjaga kebersihannya. Hal ini mencerminkan perlunya perhatian khusus terhadap kelompok ini dalam upaya pencegahan dan penanganan DBD.Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kasus DBD adalah rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Banyak masyarakat yang masih memiliki kebiasaan buruk, seperti membuang sampah sembarangan, yang dapat menciptakan tempat penampungan air bagi jentik nyamuk. Selain itu, wadah-wadah yang digunakan untuk menampung air, seperti ember, bak mandi, dan drum, sering kali dibiarkan tanpa pengawasan, memungkinkan jentik nyamuk berkembang biak dengan cepat.


Kondisi lingkungan di Kota Bima juga menjadi faktor penentu dalam meningkatnya kasus DBD. Lingkungan yang kumuh dan tidak terawat, dengan penumpukan sampah di berbagai tempat, menciptakan habitat yang ideal bagi nyamuk. Sampah-sampah yang berserakan, terutama yang dapat menampung air, berpotensi menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk Aedes aegypti. Ketika musim hujan tiba, wadah-wadah tersebut dapat terisi air hujan dan menjadi lokasi perkembangbiakan nyamuk. Meskipun telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi DBD, seperti melakukan fogging, penyuluhan tentang PHBS, dan pengawasan lingkungan, hasilnya masih kurang memuaskan. Salah satu kendala utama adalah kurangnya kerjasama lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, sehingga tindakan preventif yang dilakukan belum efektif.


Rendahnya kesadaran masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi salah satu penyebab DBD, mereka cenderung mengabaikan langkah-langkah yang diperlukan. Misalnya, kebiasaan membuang sampah sembarangan atau tidak mengelola penampungan air dapat dipahami sebagai hasil dari norma sosial yang kurang mendukung perilaku sehat. Fenomena ketidakmerataan akses terhadap layanan kesehatan dapat dijelaskan melalui Teori Konflik, yang menekankan bagaimana ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya dapat menyebabkan perbedaan dalam kesehatan masyarakat. Di Kota Bima, akses yang tidak merata terhadap informasi dan layanan kesehatan dapat mengakibatkan kelompok tertentu lebih rentan terhadap DBD. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil mungkin tidak mendapatkan informasi yang sama dengan mereka yang berada di pusat kota, sehingga meningkatkan risiko infeksi.



Berdasarkan analisis terhadap fenomena tingginya angka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bima, dapat disimpulkan bahwa masalah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial yang saling terkait. Pertama, rendahnya kesadaran masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berkontribusi signifikan terhadap penyebaran DBD. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan edukasi dan penyuluhan untuk membangun pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya kebersihan dan pencegahan penyakit. ketidaksetaraan akses terhadap layanan kesehatan dan informasi juga menjadi faktor penting. Masyarakat yang di daerah terpencil sering kali tidak mendapatkan informasi yang memadai mengenai DBD, yang meningkatkan risiko infeksi. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk memastikan distribusi informasi dan layanan kesehatan yang lebih merata. kondisi lingkungan yang tidak sehat, termasuk penumpukan sampah dan tempat penampungan air yang tidak terkelola dengan baik. Perlu kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai sektor untuk memperbaiki infrastruktur dan pengelolaan lingkungan. persepsi masyarakat terhadap DBD yang beragam juga memengaruhi tindakan preventif. Memahami berbagai perspektif masyarakat tentang penyakit ini sangat penting dalam merumuskan strategi pencegahan yang efektif.


Daftar Pustaka :

Solikhah, dkk. (2021). Demam Berdarah Dengue Di Kota Bima Nusa Tenggara Barat Indonesia. Jurnal Media Ilmu Kesehatan, Vol. 10, No. 2.


Penulis

MIRA YUNITA

Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas hukum Ilmu sosial dan politik, Universitas Mataram

Posting Komentar untuk "DEMAM BERDARAH DONGUE DI KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT"